Minggu, 09 Desember 2012

ASKEP CAD ( CORONARY ARTERY DISEASE )


ASKEP CAD ( CORONARY ARTERY DISEASE )

KONSEP MEDIK

A.      PENGERTIAN

Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).

B.   ETIOLOGI

Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1.   Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2.   Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3.   Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga.
4.   Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5.   Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
6.   Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.
7.   Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
8.   Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung koroner.
9.   Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.

C.  ANATOMI FISIOLOGI

            Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis.

            Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut.

            Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner. Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.

            Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung (infark miokardial).

D.  PATOFISIOLOGI

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.

            Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.

      Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.

      Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.

E.  GAMBARAN KLINIS

Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:
  1. Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
  2. Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
  3. Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
  4. Palpitasi (jantung berdebar-debar).
  5. Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.

F.   PEMERIKSAAN DIGNOSTIK

1.   ECG menunjukan: adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2.   Enzym dan Isoenzym Pada Jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
3.   Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4.   Whole Blood Cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
5.   Analisa Gas Darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau akut.
6    Kolesterol atau Trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7.   Chest X-Ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
8.   Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9.   Exercise Stress Test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.

G.   PENGOBATAN

      Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.
1.    Perubahan Gaya Hidup.
      Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan arteri jantung.

            Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri jantung.

2.    Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner.
      Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi. Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui perubahan gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.

3.    Terapi Medis.
            Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:
a.   Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
b.   Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c.   Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
d.   Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
e.         Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.

4.   Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan.

Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat).

Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.

5.   Operasi.
a.    Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)

      CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit.

      Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.

      Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah memilih untuk melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan alat khusus yang dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit.

b.    Operasi Robotik.

            Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi robotic. Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk dilakukan menggunakan sayatan kecil keyhole di dinding dada.

Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan resiko infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah.

c.    Revaskularisasi Transmiokardia.

      Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS.

      Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi angina.




























 
KONSEP KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

1.    Aktivitas dan Istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan  dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2.    Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan darah tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung tambahan mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
3.   Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4.   Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
5.   Neuro Sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
6.   Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
7.   Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
8.    Interaksi sosial.
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
9.   Pengetahuan.
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
 
B.       PENYIMPANGAN KDM

Usia, Jenis Kelamin, DM, Merokok, Diet Tinggi Lemak

Sirkulasi Terganggu

Arteriosklerosis
Risiko Infeksi


Gangguan Perfusi Jaringan Perifer

Rencana Pembedahan

Post Op

Sirkulasi Perifer Terganggu

Nyeri Akut/Kronik

Denyut Nadi Terganggu

Nyeri/Kram Otot

Penumpukan Metabolik & Asam Laktat

Suplai O2 & Nutrisi Terganggu

Ekstremitas/Perifer

Nyeri Akut

Luka Operasi

Ansietas

Prosedur Tindakan Yang Kompleks

Pre Op

Kurang Pengetahuan

Kurang Informasi

Modifikasi Gaya Hidup

Risiko Kerusakan Integritas Kulit
 






C.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.   Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
2.   Nyeri b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan dan terpotongnya saraf akibat luka operasi.
3.   Ansietas b.d rencana pembedahan yang kompleks.
4.   Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi).
5.   Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
6.   Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.
 
D.  RENCANA KEPERAWATAN

Dx 1   : Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien menunjukan perbaikan perfusi dengan kriteria hasil: adanya nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu normal, peningkatan perilaku yang meningkatkan perfusi jaringan.

Intervensi
Rasional
Observasi warna kulit bagian yang sakit.
Warna kulit khas terjadi pada saat sianosis, kulit dingin. Selama perubahan warna, bagian yang sakit menjadi dingin kemudian berdenyut dan sensasi kesemutan.
Catat penurunan nadi, perubahan trafik kulit(tak berwarna, mengkilat/tegang).
Perubahan ini menunjukkan kemajuan atau proses kronis.
Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, lesi, area gangren.
Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh ujung jari dan dapat mengakibatkan infeksi atau kerusakan/kehilangan jaringan serius.
Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat.
Keseimbangan diet yang baik meliputi protein dan hidrasi adekuat, perlu untuk penyembuhan.
Pantau tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.
Untuk mengetahui tanda-tanda dini dari gangguan perfusi.
Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas bertahap.
Untuk melancarkan sirkulasi.




 
Dx 2    :   Nyeri b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan dan terpotongnya saraf akibat luka operasi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil pasien menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol, pasien tidak tampak meringis, mendemonstrasikan teknik relaksasi.

Intervensi
Rasional
Monitor karakteristik nyeri melalui respon verbal dan hemodinamik (menangis, kesakitan, meringis, tidak bisa istirahat, irama pernafasan, tekanan darah dan perubahan heat rate).
Masing-masing pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri, perubahan respon verbal dan hemodinamik dapat mendeteksi adanya perubahan kenyamanan.
Kaji adanya gambaran nyeri yang dialami pasien meliputi: skala, tempatnya, intensitas, durasi, kualitas dan penyebarannya.
Nyeri merupakan perasaan subyektif yang dialami dan digambarkaan sendiri oleh pasien dan harus dibandingkan dengan gejala penyakit lain sehingga didapatkan data yang akurat.
Ciptakan lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas, batasi pengunjung.
Membantu mengurangi rangsangan dari luar yang dapat menambah ketenangan sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang dan daya kerja jantung tidak terlalu keras.
Ajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang.
Membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien secara psikologis dimana dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga tidak terfokus pada nyeri yang dialami.
Identifikasi atau tingkatkan posisi nyaman menggunakan alat bantu bila perlu.
Bantal atau gulungan selimut berguna untuk menurunkan tegangan otot atau meningkatkan kenyamanan.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik.
Obat jenis narkotik dapat menyebabkan depresi pernafasan dan hipotensi.

14

Dx 3    :   Ansietas b.d rencana pembedahakan yang kompleks.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan kriteria hasil pasien dapat mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, menyatakan cemas berkurang.

Intervensi
Rasional
Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi.
Untuk mengetahui intensitas nyeri.
Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
Untuk mengurangi tingkat ansietas
Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
Untuk mendorong dan menambah semangat pasien.    
Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperi sebelumnya.
Meyakinkan pasien bahwa peran dan kerja tidak berubah.
Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan atau membatasi serangan akan dating dan meningkatkan stabilitas jantung.
Mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala, untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri.
Kolaborasi pemberian sedative, tranquilizer, sesuai indikasi.
Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.
 
Dx 4    :   Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi).
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi, dengan kriteria hasil tidak ada kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolaesia, dan ttv dalam batas normal.

Intervensi
Rasional
Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi.
Untuk mengetahui perkembangan infeksi.
Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak infeksi .
Untuk menghindari terjadinya infeksi lebih lanjut.
Rawat luka dengan teknik sepsis dan asepsis.
Mencegah kontaminasi. 
Kolaborasi pemberian antibiotik.
Untuk mencegah infeksi.
Tunjukkan atau dorong teknik mencuci tangan yang baik dan benar.
Efektif untuk menurunkan penyebaran infeksi.





 
Dx 5    :   Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteri hasil : menunjukkan penyembuhan luka tepat waktu

Intervensi
Rasional
Lihat semua insisi. Evaluasi proses penyembuhan. Kaji ulang harapan terhadap penyembuhan dengan pasien
Penyembuhan mulai dengan segera, tetapi penyembuhan lengkap memerlukan waktu.
Perhatikan atau laporkan pada dokter : insisi yang tidak sembuh; pembukaan kembali insisi yang telah sembuh, adanya drainase, area lokal yang bengkak dengan kemerahan, rasa nyeri meningkat dan panas pada sentuhan.
Tanda atau gejala yang menandakan kegagalan penyembuhan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi atau intervensi lanjut.
Tingkatkan nutrisi dan masukkan cairan adekuat.
Membantu untuk mempertahankan volume sirkulasi yang baik untuk perfusi jaringan dan memenuhi kebutuhan energy seluler untuk memudahkan proses regenerasi atau penyembuhan jaringan
 
Dx 6    :   Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang  informasi.
Setelah diberikan asuhan keperawaan diharapkan pasien menyaakan pemahaman penyakinya, rencana pengobaan, tujuan pengobatan dan efek samping pengobatan.
Kriteria hasil :  pasien menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian cepat mampu mengidentifikasi perubahan pola hidup yang perlu.

Intervensi
Rasional
Tetapkan dan nyatakan tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efek penyakitnya pada pembuluh darah, ginjal dan mata ( pada organ tubuh lainnya ).
Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasi istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman tentang penyakitnya memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika masih sehat.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dapat di ubah, misal : Obesitas, merokok, pola hidup monoton.
Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang timbulnya arteriosklorosis.
Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara di mana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor di atas.
Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala. Dengan mengubah pola prilaku yang biasa atau memberikan rasa aman dapat sangat menyusahkan, dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan masalah ini.
Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologi sendiri terhadap aktivitas, laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan atau memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.
 
E.    EVALUASI

      Evaluasi dari diagnosa diatas antara lain :
1.    Suplai darah arteri ke akstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak pucat).
2.    Klien mengatakan nyerinya berkurang, pasien tampak rileks, skala nyeri 0.
3.    Ansietas pasien berkurang.
4.    Tidak terjadi tanda-tanda infeksi, seperti tidak ada kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolaesia, TTV dalam batas normal.
5.    Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
6.    Pasien sudah dapat memahami tentang penyakitnya.

 
DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakatra : Salemba Medika
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3.  Jakarta : EGC.
http://akperbhayangkaraaskep.blogspot.com/2012/01/cad-coronary-artery-disease.html
www.medicastore.com
www.singhealth.com.sg

8 komentar:

  1. terimakasih banyk, sangat membantu sekali..

    BalasHapus