MAKALAH STANDAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Keinginan
kuat Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Kesehatan Kemenkes RI tentang pemanfaatan Teknologi Informasi terlihat jelas
saat memberikan arahan dalam pembukaan Konsinyasi Penyusunan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan 20 Juni 2011 di Braja Mustika Hotel & Convention
Centre Bogor. Selama 4 hari, peserta yang terdiri dari jajaran Direktorat
Pelayanan Keperawatan, Perwakilan PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia),
Akademisi dari Universitas Indonesia dan perwakilan beberapa rumah sakit,
menyusun pedoman SIM Keperawatan yang akan dijadikan standar nasional.
Tentu ini
sebuah kemajuan dari Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, mengingat selama
ini sistem informasi keperawatan berkembang sesuai dengan kondisi masing-masing
rumah sakit dan sedikit sekali mendapatkan dukungan manajemen rumah sakit.
Banyaknya variasi dari aplikasi yang dibuat, memang perlu kiranya dibuat sebuah
standar agar bisa dijadikan acuan rumah sakit dalam pengembangan SIM
Keperawatan yang terintegrasi dengan SIM RS.
Saya tidak
tahu pasti kesiapan Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dalam rencana uji
coba dan evaluasi SIM Keperawatan yang akan diujicobakan di 4 propinsi (Bali,
DIY, Jawa Barat dan Sumatra Utara). Karena saya tahu persis, penerapan SIM
Keperawatan tidak akan bisa terealisasi dengan baik manakala belum menggunakan
standar bahasa keperawatan (SNL). Sementara SNL masih merupakan makhluk
asing bagi sebagian besar teman-teman perawat.
Bila
melihat schedule yang sudah dibuat, bulan September harus sudah ada hasil
evaluasi dari penerapan sistem itu yang telah diujicobakan pada bulan Agustus
2011. Konsekuensinya team harus berjibaku untuk sosialisasi SNL dulu sebelum
SIM diterapkan. Tapi tentu Direktorat Keperawatan memiliki pertimbangan lain,
kemungkinan yang akan diujicobakan adalah content dari SIM Keperawatan itu.
Tapi ini
adalah kemajuan yang patut diapresiasi oleh kita semua, karena tidak ada gading
yang tak retak. Kemauan itu yang mesti diapresiasi, dan mudah-mudahan kita
segera mempunyai Sistem Informasi Manajemen Keperawatan yang standar.
Beberapa
aplikasi yang akan diujicobakan dalam SIM Keperawatan antara lain:
a. Manajemen Asuhan Keperawatan
- Dokumen Proses Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian; Diagnosa, Perencanaan, Implemetasi dan Evaluasi
- Dokumentasi Keselamatan Pasien (patient safety) yang terdiri dari Ketepatan identifikasi pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif; Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; Ketepatan pasien yang di operasi;
- Pengurangan resiko infeksi; Pengurangan resiko pasien jatuh. Aplikasi ini memfasilitasi dalam pengkajian pasien resiko jatuh, menampilkan dalam dashdoard monitoring pasien yang beresiko sekaligus memfasilitasi form KTD/KNC yang dikeluarkan oleh KKPRS
- Dokumentasi indikator mutu pelayanan keperawatan klinik. Poin-poin indikator mutu pelayanan keperawatan adalah Keselamatan pasien (patient safety);Perawatan diri; Kepuasan pasien; Kecemasan; Kenyamanan; Pengetahuan. Agar pelaporan indikator mutu pelayanan keperawatan menjadi valid, maka sistem didesain agar data yang ditampilkan oleh sistem dapat diklarifikasi mengenai sumber data dasarnya (nama pasien, ruang, tanggal kejadian dll).
b. Manajemen Pelayanan Keperawatan
- Ketenagaan. Sistem didesain untuk memenuhi data base tenaga, standar ketenagaan keperawatan, pola ketenagaan, jenjang karir, perencanan pengembangan tenaga, perencanaan kebutuhan, kompetensi, rekrutmen, mutasi, rotasi, jadwal dinas, angka kredit perawat, kinerja perawat. Sistem juga mampu menampilkan pelaporan ketenagaan sesuai kebutuhan (customize).
- Fasilitas keperawatan. Sistem didesain untuk memfasilitasi standar peralatan keperawatan, perencanaan kebutuhan, pemakaian, mutasi dan pemeliharaan fasilitas keperawatan
- Metode. Sistem juga memfasilitasi Model Pelayanan Keperawatan, Standar Prosedur Operasional, Standar Asuhan Keperawatan berdasarkan Evidance Base Nursing, Pedoman pengelolaan etik, supervisi keperawatan
- Keuangan. Sistem mampu memfasilitasi remunerasi tenaga keperawatan, pembiyaan pasien dari pelayanan keperawatan, analisis base costing, unit cost
- Laporan Rawat Inap, Rawat Jalan dan Perawatan Khusus
- Dokumen kinerja perawat
- Dokumen efisiensi pembiayaan pasien
- Akreditasi Pokja Pelayanan Perawatan Rumah Sakit
- Dan lain lain aplikasi yang mungkin bisa dikembangkan sesuai kebutuhan
2. RUMUSAN
MASALAH
Makalah ini
membahas tentang manajemen sistem informasi rumah sakit dan keperawatan. Pembahasan
dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa
dimaksud dengan manajemen sistem informasi?
2.
Bagaimana
menjelaskan tentang manajemen system rumah sakit dalam pelayanan kesehatan?
3.
Bagaimana
cara menggunaknan system manajemen informasi keperawatan dalam suatu rumah
sakit ?
3.
TUJUAN
Secara
terperinci tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian dari
manajemen system informasi
2) Untuk mengetahui penjelasan tentang
manajemen system rumah sakit dalam pelayanan kesehatan
3) Untuk mengetahui penggunaan system
manajemen informasi keperawatan dalam suatu rumah sakit
4.
MANFAAT
1. Sebagai bahan diskusi pada mata
kulia manejemen keperawatan
2. Sebagai bahan informasi dan telaah
yang berguna bagi pengembangan pengetahuan dan wawasan khususnya dalam lingkup
kesehatan
3. Sebagai bahan informasi dan bacaan
bagi mahasiswa kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
Dalam
perkembangannya, rumah sakit masa kini bukan lagi berfungsi sebagai lembaga
sosial semata, tetapi merupakan lembaga bisnis yang patut diperhitungkan
keberadaanya. Perubahan fungsi ini terjadi dengan banyak ditemukannya
penyakit-penyakit baru maupun teknologi pengobatan yang makin maju. Teknologi
informasi telah mempengaruhi pula pelayanan rumah sakit, antara lain dibutuhkan
dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan ketepatan dan kecepatan
pelayanannya.
Dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit Departemen Kesehatan RI
telah mengeluarkan kebijakan yang menjadi pedoman bagi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta. Sistem
informasi rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting dalam
mewujudkan upaya peningkatan mutu tersebut. Sistem informasi rumah sakit secara
umum bertujuan untuk mengintegrasikan sistem informasi dari berbagai subsistem
dan mengolah informasi yang diperlukan sebagai pengambilan keputusan.
Manajemen rumah sakit
menghendaki pengelolaan rumah sakit yang efektif dan efesien. Efektif dalam
arti tingkat keberhasilan penanganan terhadap pasien cukup tinggi dan efesien
berarti optimal dalam penggunaan sumber daya rumah sakit yang ada. Suatu upaya
serius dan terencana harus ditempuh agar keinginan tersebut dapat tercapai.
Dengan perkembangan
beberapa rumah sakit di Indonesia akhir-akhir ini baik dari segi aspek
administratif atau teknologi peralatan medis, maka proses pelayanan kesehatan
di Indonesia dapat berangsur-angsur lebih baik. Untuk mengembangkan mutu
pelayanan rumah sakit dibutuhkan beberapa fasilitas pendukung yang digunakan
untuk proses pengolahan data rumah sakit dengan pemanfaatan teknologi komputer.
Teknologi yang
dirancang khusus untuk membantu proses pengolahan data di rumah sakit adalah
teknologi informasi berupa Sistem Informasi Manajemen (SIM) rumah sakit.
Informasi merupakan aktivita (asset) penting suatu rumah sakit dalam
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pekerjaan. Era saat ini, banyak rumah
sakit tidak menyadari berapa banyak informasi telah didapat dan diproses serta
didistribusikan baik secara manual maupun secara komputerisasi.
Sistem informasi dapat
dilakukan dengan metode manual maupun dengan metode komputerisasi yang
seharusnya dirancang dan dikembangkan secara terencana dan terarah tetapi
dengan semakin berkembangnya dan semakin kompleksnya sistem informasi di era
jejaring informasi ini maka sistem informasi manajemen tidak akan dapat
berfungsi sesuai yang diharapkan tanpa adanya dukungan elemen komputerisasi
(Mulyadi, 2001).
Sistem
informasi berbasis komputer memiliki kelebihan dalam hal kecepatan dan
ketepatan. Ketepatan karena komputer dapat menyimpan serta mengelola data dalam
kapasitas yang besar juga minimnya kesalahan yang dapat terjadi. Kecepatan
dapat dilihat dari otomatisasi yang mampu dilakukan oleh komputer dengan
dukungan sistem yang tepat dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
Sistem
informasi berbasis komputer juga berguna bagi peningkatan kinerja user dalam hal membantu mereka untuk
mempermudah dan mempercepat pekerjaan mereka (Mahmudin, 2003).
1.
Pengertian
Sistem informasi
manajemen (manajemen
information system) atau disingkat sebagai MIS, merupakan penerapan sistem
informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi yang dibutuhkan oleh
semua tingkatan manajemen. Sistem
Informasi Manajemen saat ini merupakan sumber daya utama, yang mempunyai nilai
strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai daya saing serta
kompetensi utama sebuah organisasi dalam menyongsong era Informasi ini.
Sedangkan sistem informasi manajemen rumah sakit adalah suatu sistem berbasis
komputer yang menghasilkan sekumpulan informasi yang telah diolah dan saling
berinteraksi. Hasil informasi berupa laporan dan digunakan oleh pengguna dalam
mengambil keputusan atau peningkatan upaya pelayanan.Sistem
informasi rumah sakit umumnya mencakup masalah klinikas ( Media ), Pasien dan
informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan rumah sakit itu sendiri.
Selain itu, Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit merupakan applikasi yang dirancang untuk kebutuhan
pengelolaan Rumah Sakit baik swasta maupun negeri, dimana sistem ini sudah di
dukung dengan fitur dan modul yang lengkap.
Sistem informasi manajemen rumah
sakit berfungsi untuk:
1. Pengendalian mutu pelayanan
2. Pengendalian mutu dan penilaian
produktivitas
3. Penyederhanaan pelayanan
4. Analisis manfaat dan perkiraan kebutuhan
5. Penelitian klinis
6. Pendidikan
7. Perencanaan dan evaluasi program
2.
Manfaat
Manfaat yang didapatkan Rumah Sakit dengan menggunaan
SIMRS ini adalah:
Proses-proses manajemen rumah sakit bisa
terintegrasi antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Pengendalian stok obat
dan alkes multi gudang (multi apotek / floorstock) bisa dilakukan dengan lebih
mudah karena posisi stock up to date-nya bisa diketahui setiap saat. Penagihan
kepada pasien bisa dibuat dalam sebuah single
billing statement untuk semua
jasa perawatan yang telah diterima pasien. Riwayat penyakit dan perawatan (medical
record) pasien bisa dikelola dan dipanggil dengan cepat dan otomatis. Analisis
statistik diagnosa dan pembedahan terhadap pasien telah disesuaikan dengan
standard yang telah ditetapkan WHO.
·
Memudahkan proses budgeting dan pengendalian realisasinya.
·
Memudahkan penyusunan rencana cash-flow dan pengendalian arus kas maupun bank.
·
Dengan SIMRS, resiko keterlambatan
pembayaran atau penagihan hutang piutang bisa dikurangi.
·
Menjaga konsistensi data (data
consistency) karena menggunaan data bersama (data sharing) baik data
master (database pasien, dokter, perawat, karyawan dan obat) maupun data
transaksi.
·
Pemanfaatan data keluaran / output dari
suatu modul oleh modul lain (sebagai masukan/input) sehingga bisa dihindari
adanya redundansi proses antar bagian.
·
SIMRS memberikan kemudahan dalam
pembuatan laporan di semua unit, cepat dan akurat.
·
Pencetakan nota pembayaran, kuitansi,
surat menyurat bisa dilakukan dengan mudah.
·
Efisiensi waktu entri data (entry
time) karena hanya dilakukan sekali oleh bagian yang paling berkompeten.
·
Efisiensi kerja karyawan menjadi
meningkat karena beberapa proses rutin seperti pembuatan laporan atau perhitungan-perhitungan
dilakukan secara otomatis dan cepat. Dengan demikian karyawan lebih bisa
berkonsentrasi kepada hal-hal yang bersifat stratgis.
3. Keunggulan
SIM Rumah Sakit yang dikembangkan Enigma memiliki
keunggulan sistem yang akan memberikan keuntungan dalam implementasinya sebagai
berikut :
a.
Terintegrasi
Merupakan satu kesatuan sistem secara keseluruhan sehingga meningkatkan esfisiensi operasional dan menghasilkan informasi dan laporan yang komprehensif.
Merupakan satu kesatuan sistem secara keseluruhan sehingga meningkatkan esfisiensi operasional dan menghasilkan informasi dan laporan yang komprehensif.
b.
Modular
Dikembangkan dengan modul-modul dengan fleksibilitas tinggi sehingga memudahkan implementasi, pemeliharaan, dan penambahan modul baru.
Dikembangkan dengan modul-modul dengan fleksibilitas tinggi sehingga memudahkan implementasi, pemeliharaan, dan penambahan modul baru.
c.
Klien-Server Arsitektur
Dirancang dengan arsitektur yang difungsikan untuk
pengaksesan data dan transaksi dengan kapasitas besar yang meliputi business
rules, user level, security dan metodology programming.
d.
Multi User - Multi
Tasking
Dapat digunakan oleh banyak pengguna (user) secara
bersama-sama tanpa menimbulkan interupsi sehingga proses data lebih cepat dan
efektif.
e.
Scalable
Memiliki kemampuan tingkat
skalabilitas yang tinggi. Kemampuan menyimpan data dapat ditingkatkan dan
dikembangkan sesuai dengan teknologi dan kebutuhan.
f.
Reliable
Dilengkapi
dengan sistem backup untuk keamanan data. Sistem Informasi Manajemen
(SIM) adalah serangkaian sub-sistem informasi yang meneyeluruh dan
terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data
sehingga menjadi sebuah informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan
produktivitas sesuai dengan gaya sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang
telah ditetapkan. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah Menyeluruh.
Kata “Manajemen”
dalam SIM adalah serba melingkupi. Di dalam SIM termasuk sistem pemproses
transaksi dan sistem-sistem yang utama dirancang bagi para manajer di berbagai
tingkatan. Sebuah SIM melingkupi sitem informasi formal maupun yang informal,
baik yang manual maupun yang berkomputer.
Sistem
Informasi Manajemen (SIM) Adalah Terkoordinasi Komponen sebuah sistem informasi
manajemen biasanya tidak dikelola dari satu titik pusat organisasi; ada berbagai departemen pengguna, depatemen
pemproses data, dan mungkin fungsi pengelola data yang terpisah, bahkan yang
lain-lainya memiliki hak atas bagian tertentu dari sebuah sistem informasi
manajemen.
Ø Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Memiliki Sub-sistem Informasi
Sistem
informasi manajemen dalah serangkaian sub-sistem, atau sistem komponen setengah
terpisah yang merupakan bagian dari keseluruhan dan merupakan suatu sistem yang
terpadu. Masing-masing dari sub-sistem menyumbang tercapainya sasaran sistem
informasi manajemen dan organisasi.
Ø Sistem Informasi Manajemen
(SIM) terinegrasi secara rasional
Sub-sistem (kumpulan dari sistem yang semi terpisah) adalah
terpadu sehingga segala kegiatan dari masing-masing salin berkaitan satu dengan
yag lainnya; integrasi ini dilakukan terutama dengan melewatkan data diantara
sistem-sisten tersebut. Program data dan file dapat dirancang untuk menangani
arus ata iantara sistem, dan prosedur manual dapat digunakan untuk melaksanakan
integrasi tersebut.
Sementara
integrasi membuat pemprosesan informasi menjadi efisien dengan cara mengurangi
pemprosesan antara (intermediate
processing) dan peristiwa pemprosesan data yag sama oleh berbagai
departemen, dan keuntungan yang menonjl adalah memberikan informasi lebih
singkat, lengkap, dan relevan.
Ø Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Mentransformasikan Data Dengan Berbagai Cara
Apabila data dan diolah bagi manajer tertentu untuk tujuan
tertentu, maka ia menjadi sebuah informasi ada berbagai cara di mana data
harus ditransformasikan ke dalam sebuah sistem informasi.
Berbagai
cara di mana sistem informasi manajemen harus mentransfomasikan data ke dalam
sistem informasi ditentukan oleh sifat peronil suatau organisasi, sifat tugas
kemana informasi ditujukan, dan pengaharapan dari penerima eksternal atau
informasi.
Ø Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Meningkatkan Produktivitas
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbagai cara
mampu meningkatkan produktivitas. SIM mampu menyediakan tugas rutin seperti
penyiapan dokumen dengan efisien, ia mampu memberikan layanan terbaik bagi
organisasi eksternal dan individu, dan ia juga mampu memberikan peringatan dini
tentang masalah internal dan ancaman eksternal.
Ø Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Sesuai dengan Sifat dan Gaya Manajer
Suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) dikembangkan
lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dan personil yang akam
menggunakannya, termasuk juga sumbangan yang akan diberikan oleh para manajer.
Para
perancang apabila akan mengembangkan sistem informasi manajemen harus mampu
mempertimbangkan faktor manusiawi denan cermat. Apabila tidak demikian, maka
sistem informasi yang dihasilkan tidak efisien atau akan disisihkan oleh
penggunanya.
Ø Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Menggunakan Kriteria Mutu yang Telah Ditetapkan
Sebuah Sistem Informasi Manajemen (SIM) harus
dirancang agar sesuai dengan toleransi terhadap kecepatan, relevansi, dan
ketepatan informasi. Toleransi ini bervariasi dari satu tugas ke tugas lainnya
dan dari satu lapis ke lapis lainnya di dalam organisasi.
Sebuah
sistem informasi harus mampu memberikan suatu informasi yang relevan saja.
Menetapkan mana informasi yang relevan mungkin sulit disaat analisis sedang
berlangsusng dengan sangat bervariasi untuk setiap manajer yang berbeda, atau
yang sesuai dengan keadaan, seperti dalam dunia keperawatan Sistem Informasi
manajemen akan sangat diperlukan pada Asuhan Keperawatan, yaitu proses
pendokumentasian perawatan pasien.
Sistem
Informasi Manajemen (SIM) adalah serangkaian sub-sistem informasi yang
meneyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu
mentransformasi data sehingga menjadi sebuah informasi lewat serangkaian cara
guna meningkatkan produktivitas sesuai dengan gaya sifat manajer atas dasar
kriteria mutu yang telah ditetapkan.
ü Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Adalah Menyeluruh
Kata “Manajemen” dalam SIM adalah serba melingkupi. Di dalam
SIM termasuk sistem pemproses transaksi dan sistem-sistem yang utama dirancang
bagi para manajer di berbagai tingkatan. Sebuah SIM melingkupi sitem informasi
formal maupun yang informal, baik yang manual maupun yang berkomputer.
ü Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Adalah Terkoordinasi
Komponen sebuah sistem informasi manajemen biasanya tidak
dikelola dari satu titik pusat organisasi; ada berbagai departemen pengguna,
depatemen pemproses data, dan mungkin fungsi pengelola data yang terpisah,
bahkan yang lain-lainya memiliki hak atas bagian tertentu dari sebua sistem
informasi manajemen.
ü Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Memiliki Sub-sistem Informasi
Sistem informasi manajemen dalah serangkaian sub-sistem,
atau sistem komponen setengah terpisah yang merupakan bagian dari keseluruhan
dan merupakan suatu sistem yang terpadu. Masing-masing dari sub-sistem
menyumbang tercapainya sasaran sistem informasi manajemen dan organisasi.
ü Sistem Informasi Manajemen
(SIM) terinegrasi secara rasional
Sub-sistem (kumpulan dari sistem yang semi terpisah) adalah
terpadu sehingga segala kegiatan dari masing-masing salin berkaitan satu dengan
yag lainnya; integrasi ini dilakukan terutama dengan melewatkan data diantara
sistem-sisten tersebut. Program data dan file dapat dirancang untuk menangani
arus ata iantara sistem, dan prosedur manual dapat digunakan untuk melaksanakan
integrasi tersebut. Sementara integrasi membuat pemprosesan informasi menjadi
efisien dengan cara mengurangi pemprosesan antara (intermediate processing)
dan peristiwa pemprosesan data yag sama oleh berbagai departemen, dan
keuntungan yang menonjl adalah memberikan informasi lebih singkat, lengkap, dan
relevan.
ü Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Mentransformasikan Data Dengan Berbagai Cara
Apabila data dan diolah bagi manajer tertentu untuk tujuan
tertentu, maka ia menjadi sebuah informasi ada berbagai cara di mana data
harus ditransformasikan ke dalam sebuah sistem informasi. Berbagai cara di mana
sistem informasi manajemen harus mentransfomasikan data ke dalam sistem
informasi ditentukan oleh sifat peronil suatau organisasi, sifat tugas kemana
informasi ditujukan, dan pengaharapan dari penerima eksternal atau informasi.
ü Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Meningkatkan Produktivitas
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbagai cara
mampu meningkatkan produktivitas.
SIM mampu
menyediakan tugas rutin seperti penyiapan dokumen dengan efisien, ia mampu
memberikan layanan terbaik bagi organisasi eksternal dan individu, dan ia juga
mampu memberikan peringatan dini tentang masalah internal dan ancaman
eksternal.
ü Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Sesuai dengan Sifat dan Gaya Manajer
Suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) dikembangkan
lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dan personil yang akam
menggunakannya, termasuk juga sumbangan yang akan diberikan oleh para manajer.
Para
perancang apabila akan mengembangkan sistem informasi manajemen harus mampu
mempertimbangkan faktor manusiawi denan cermat. Apabila tidak demikian, maka
sistem informasi yang dihasilkan tidak efisien atau akan disisihkan oleh
penggunanya.
ü Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Menggunakan Kriteria Mutu yang Telah Ditetapkan
Sebuah Sistem Informasi Manajemen (SIM) harus
dirancang agar sesuai dengan toleransi terhadap kecepatan, relevansi, dan
ketepatan informasi. Toleransi ini bervariasi dari satu tugas ke tugas lainnya
dan dari satu lapis ke lapis lainnya di dalam organisasi.
Sebuah
sistem informasi harus mampu memberikan suatu informasi yang relevan saja.
Menetapkan mana informasi yang relevan mungkin sulit disaat analisis sedang
berlangsusng dengan sangat bervariasi untuk setiap manajer yang berbeda, atau
yang sesuai dengan keadaan, seperti
Dalam dunia
keperawatan Sistem Informasi manajemen akan sangat diperlukan pada Asuhan
Keperawatan, yaitu proses pendokumentasian perawatan pasien.

Pendokumentasian
Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu
asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan
merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang
perawat kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti
secara profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan. Masalah yang sering
muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah
banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan
keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai
pendokumentasian yang lengkap. ( Hariyati, RT., th 1999).
Pendokumentasian
pada pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara manual atau berbasis
komputer. Sampai saat ini sebagian kecil rumah sakit telah menggunakan
dokumentasi proses keperawatan berbasis komputer. Namun informasi keperawatan
yang tersedia belum terstandarisasi. Namun dengan kemajuan yang pesat pada
teknologi informasi maka diharapkan perawat akan memanfaatkan teknologi
tersebut pada dokumentasi keperawatan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
efektifitas asuhan keperawatan. Menurut Holmas (2003) terdapat beberapa
keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:
1. Standarisasi, terdapat pelaporan data
klinik yang standar yang mudah dan cepat diketahui
2. Kualitas, meningkatkan kualitas
informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat berfokus pada
pemberian asuhan.
3. Accessibility & legibility,
mudah membaca dan mendapat informasi klinik tentang semua pasien dan suatu
lokasi (Ratna Sitorus, 2006).
Pendokumentasian
keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis komputer, walaupun
demikian pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah
sakit di Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis.
Padahal
pendokumentasian tertulis ini mempunyai banyak kelemahan. Menurut Hariyati, RT
(1999) pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena
perawat harus menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan
membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering
muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian
tidak tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai
kelemahan yaitu sering hilang. Pendokumentasian yang berupa
lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip.
Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan
dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di
ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi
bukti legal jika terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada
pada posisi yang lemah dan rentan terhadap gugatan hukum. Oleh karena itu
pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih
lengkap, karena memuat berbagai aspek pendokumentasian seperti yang telah
diuraikan diatas sistem ini memuat standar asuhan keperawatan, standart
operating procedure (SOP), discharge planning, jadwal dinas perawat,
penghitungan angka kredit perawat, daftar diagnosa keperawatan terbanyak,
daftar NIC terbanyak, laporan implementasi, laporan statistik, resume
perawatan, daftar SAK, presentasi kasus on line, mengetahui jasa perawat,
monitoring tindakan perawat, dan monitoring aktifitas perawat laporan shift dan
monitoring pasien oleh kepala ruang saat sedang rapat.
Hal
sesuai dengan pendapat Jasun (2006) yang mengatakan bahwa Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan merupakan “papper less” untuk seluruh dokumen keperawatan
perlu diterapkan untuk pendokumentasian keperawatan pada masa yang akan datang.
Hal ini didukung oleh pernyataan Sitorus (2006) yang mengatakan bahwa
pendokumentasian pada pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara
manual atau berbasis komputer. Namun terbukti bahwa penerapan berbasis komputer
memberikan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu untuk mendukung proses
profesionlisme keperawatan di Indonesia, penerapan dokumentasi berbasis
komputer menjadi sangat penting.

Standar
Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi keperawatan
berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai
dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan. Tujuan SOP dalam Asuhan Keperawtan adalah menciptakan komitment
mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja dalam instansi yang berkaitan
dengan keperawatan untuk mewujudkan good nursing. Standart
Operating Procedure (SOP) merupakan akitivitas dari NIC (Nursing
Intervention Classification). NIC adalah sistem klasifikasi perawatan yang
menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh perawat sebagian bagian dari proses
keperawatan yang berasosiasi dengan pembuatan rencana asuhan keperawatan.
Perumusan SOP menjadi relevan karena sebagai tolak ukur
dalam menilai efektivitas dan efisiensi kinerja perawatan dalam melaksanakan
program kerjanya. Secara konseptual prosedur diartikan sebagai langkah -
langkah sejumlah instruksi logis untuk menuju pada suatu proses yang
dikehendaki. Proses yang dikehendaki tersebut berupa pengguna-pengguna sistem
proses kerja dalam bentuk aktivitas, aliran data, dan aliran kerja. Prosedur
operasional standar adalah proses standar langkah - langkah sejumlah instruksi
logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja.
Dilihat
dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja & aliran kerja yang
teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan, menggambarkan bagaimana
tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang
berlaku, menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai
sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian
sebagaimana metode yang ditetapkan, menjamin konsistensi dan proses kerja yang
sistematik, dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.
Dengan
adanya Sistem Informasi Manajemen (SIM), akan mempermudah dalam perumusan
Standart Operating Procedure (SOP). Penyusunan data dapat dilakukan dengan
sistem terkomputerisasi. Sebagai suatu instrumen manajemen, SOP berlandaskan
pada sistem manajemen kualitas (Quality Management System), yakni sekumpulan
prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau
jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas
berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini mencakup beberapa tingkat
dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan pada
pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan
yang bersifat reaktif. Secara konseptual, SOP merupakan bentuk konkret dari
penerapan prinsip manajemen kualitas yang diaplikasikan untuk proses perawatan
(Nursing Process).
Tahap
penting dalam penyusunan Standar operasional prosedur adalah melakukan analisis
sistem dan prosedur kerja, analisis tugas, dan melakukan analisis
prosedur kerja.
1. Analisis Sistem dan Prosedur Kerja
Analisis sistem dan prosedur kerja
adalah kegiatan mengidentifikasikan fungsifungsi utama dalam suatu
pekerjaan, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi sistem
dan prosedur kerja. Sistem adalah kesatuan unsur atau unit yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga muncul dalam
bentuk keseluruhan, bekerja, berfungsi atau bergerak secara harmonis yang
ditopang oleh sejumlah prosedur yang diperlukan, sedang prosedur merupakan
urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk menangani pekerjaan yang
berulang dengan cara seragam dan terpadu.
2. Analisis Tugas
Analisis
tugas merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan yang mendalam dan
teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas diperlukan dalam
setiap perencanaan dan perbaikan organisasi. Analisa tugas diharapkan dapat
memberikan keterangan mengenai pekerjaan, sifat pekerjaan, syarat pejabat, dan
tanggung jawab pejabat. Di bidang manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek yang
berkaitan langsung dengan analisis tugas yaitu :
a.
Analisa
tugas, merupakan penghimpunan informasi dengan sistematis dan penetapan seluruh
unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas khusus.
b.
Deskripsi
tugas, merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari analisa tugas,
disajikan dalam bentuk terorganisasi yang mengidentifikasikan dan menjelaskan
isi tugas atau jabatan tertentu. Deskripsi tugas harus disusun berdasarkan
fungsi atau posisi, bukan individual; merupakan dokumen umum apabila
terdapat sejumlah personel memiliki fungsi yang sama; dan mengidentifikasikan
individual dan persyaratan kualifikasi untuk mereka serta harus dipastikan
bahwa mereka memahami dan menyetujui terhadap wewenang dan tanggung jawab yang
didefinisikan itu.
c.
Spesifikasi
tugas berisi catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan pekerja untuk tugas
spesifik.
d.
Penilaian
tugas, berupa prosedur penggolongan dan penentuan kualitas tugas untuk
menetapkan serangkaian nilai moneter untuk setiap tugas spesifik dalam
hubungannya dengan tugas lain.
e.
Pengukuran
kerja dan penentuan standar tugas merupakan prosedur penetapan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas dan menetapkan ukuran yang
dipergunakan untuk menghitung tingkat pelaksanaan pekerjaan.
Melalui
analisa tugas ini tugas-tugas dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat
pelaksanaan tugas yang baku. Setidaknya ada dua manfaat analisis tugas dalam
penyusunan standar operasional prosedur yaitu membuat penggolongan pekerjaan
yang direncanakan dan dilaksanakan serta menetapkan hubungan kerja dengan
sistematis.
3. Analisis prosedur kerja
Analisis
prosedur kerja adalah kegiatan untuk mengidentifikasi urutan langkahlangkah
pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana hal tersebut
dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut dilakukan, dan
siapa yang melakukannya. Prosedur diperoleh dengan merencanakan terlebih dahulu
bermacam-macam langkah yang dianggap perlu untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan
demikian prosedur kerja dapat dirumuskan sebagai serangkaian langkah pekerjaan
yang berhubungan, biasanya dilaksanakan oleh lebih dari satu orang, yang
membentuk suatu cara tertentu dan dianggap baik untuk melakukan suatu
keseluruhan tahap yang penting. Analisis terhadap prosedur kerja akan
menghasilkan suatu diagram alur (flow chart) dari aktivitas organisasi
dan menentukan hal-hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan organisasi.
Aktivitas-aktivitas kritis ini perlu didokumetasikan dalam bentuk
prosedurprosedur dan selanjutnya memastikan bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas
itu dikendalikan oleh prosedur-prosedur kerjayang telah .terstandarisasi.

Meskipun
proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus
menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998).
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Menurut
Craven dan Hirnle (2000),
evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku
klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain:
1. Untuk menentukan perkembangan
kesehatan klien.
2. Untuk menilai efektifitas,
efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan.
4. Mendapatkan umpan balik.
5. Sebagai tanggungjawab dan
tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan
Perawat
menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan
keperawatan yang diberikan. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan
evaluasi seorang perawat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan,
respon klien yang normal, dan konsep model teori keperawatan. Langkah-langkah
evaluasi :
1. Menentukan kriteria, standar dan
pertanyaan evaluasi
2. Mengumpulkan data baru tentang klien
3. Menafsirkan data baru
4. Membandingkan data baru dengan
standar yang berlaku
5. Merangkum hasil dan membuat
kesimpulan
6. Melaksanakan tindakan yang sesuai
berdasarkan kesimpulan
Dalam
melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh
perawat, antara lain:
1) Mengkaji ulang tujuan klien dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Mengumpulkan data yang berhubungan
dengan hasil yang diharapkan.
3) Mengukur pencapaian tujuan.
4) Mencatat keputusan atau hasil
pengukuran pencapaian tujuan.
5) Melakukan revisi atau modifikasi
terhadap rencana keperawatan bila perlu.
Dalam
mengumpulkan data pasien yang begitu banyak dalam suatu rumah sakit, tentunya
dibutuhkan suatu sistem untuk mempermudah pengumpulan dan penyusunan data-data
dari pasien. Disinilah Sistem Informasi Manejemen akan bermanfaat pada proses
komputerisasi pengumpulan data. Sehingga proses pengumpulan data pasien akan
lebih mudah dilakukan, dan proses evaluasi dalam asuhan keperawatan dapat lebih
terkoordinasi. Sehingga peluang kesalahan dalam evaluasi dapat di perkecil.
Pada dasarnya evaluasi akan menentukan intervensi pasien selanjutnya. Sehingga
kesalahan kecil saja dapat berdampak fatal pada keselamatan jiwa pasien.
·
Faktor
Yang Mendukung dan Menghambat Sistem Informasi Manajemen dalam Proses Asuhan
Keperawatan
Dalam
perkembangannya, penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terdapat beberapa faktor
yang mendukung dan menghambat SIM tersebut untuk diterapkan dalam suatu lembaga
institusi. Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak
kegunaannya, namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala.
Faktor pendukung Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam proses keperawatan
adalah faktor yang dapat mempermudah proses penerapan SIM dalam Asuhan Keperawatan.
Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia
yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi
keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk
diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi
keberadaan perusahaan ini dapat mendukung pelaksanaan SIM keperawatan di
beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk membeli produk tersebut.
Semakin mudahnya akses informasi tentang pelaksanaan SIM keperawatan juga
memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang tepat.
Faktor
pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang
keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini
merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan
kesehatan, perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu
faktor pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga
kerahasiaan data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses
data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.
Selain
faktor pendukung, terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan
SIM di Indonesia. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen
berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak
terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa
aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia, sebagai contoh
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga
seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil
kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah
SIM keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Aspek kedua
adalah kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber daya manusia di
institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem komputerisasi,
hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka
terhadap sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang
kurang tentang manfaat SIM menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM
keperawatan.
Aspek
ketiga yang menjadi faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan SIM adalah
faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem
informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit,
membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap rumah
sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM
keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek
keempat adalah kurangnya fasilitas Information technology yang
mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya membutuhkan banyak perangkat
keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan program tersebut.
·
Alternatif
Pemecahan Masalah Penerapan SIM dalam Asuhan Keperawatan di Indonesia
Ada beberapa alternatif pemecahan masalah
penerapan SIM dalam asuhan keperawatan di Indonesia diantaranya;
1. Perlu adanya pemahaman yang sama
diantara pihak manajemen rumah sakit dengan tim keperawatan tentang pentingnya
pelaksanaan SIM keperawatan di rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk
pengalokasian dana yang memadai untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian
pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan fasilitas
informasi teknologi yang memadai.
2. Perlu adanya integrasi program SIM
dalam kurikulum pendidikan keperawatan.
3. Peningkatan standarisasi tingkat
pendidikan perawat agar memiliki pemahaman yang tepat tentang teknologi
informasi dalam keperawatan.
4. Adanya aspek legal berupa
Undang-undang praktek keperawatan.
5. Perlu adanya penelitian yang lebih
jauh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM di
Indonesia.
6. Perlu adanya peningkatan Sumber Daya
Masyarakat dari perawat itu sendiri agar mampu mengahadapi dan mengaplikasikan
proses keperawatan yang terkomputerisasi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sistem Informasi Manajemen (SIM)
adalah serangkaian sub-sistem informasi yang meneyeluruh dan terkoordinasi dan
secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi sebuah
informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas sesuai dengan
gaya sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Dalam dunia
keperawatan Sistem Informasi manajemen akan sangat diperlukan pada Asuhan
Keperawatan, yaitu proses pendokumentasian perawatan pasien. Pendokumentasian
Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan
keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan
bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat
kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara
profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan. Sistem Informasi manajemen
(SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pemanfaatan Sistem Informasi
Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini mengingat
komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam
keperawatan masih banyak kelemahannya.
Kendala SIM
yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada
kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum
atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang
ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas,
namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat
dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat
dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini
bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga
seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
Sistem
Informasi Manajemen dalam asuhan keperawatan dapat diaplikasikan pada beberapa
proses keperawatan, diantaranya yaitu proses pendokumentasian, proses pembuatan
Standart Operating Procedure (SOP), dan proses Evaluasi keperawatan.
Dalam
perkembangannya, penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terdapat beberapa
faktor yang mendukung dan menghambat SIM tersebut untuk diterapkan dalam suatu
lembaga institusi. Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak
kegunaannya, namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala.
Faktor pendukung Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam proses keperawatan
adalah faktor yang dapat mempermudah proses penerapan SIM dalam Asuhan
Keperawatan. Sedangkan faktor pengahambat SIM adalah faktor yang dapat
mempersulit penerapan Sistem Informasi Manejemen dalam asuhan keperawatan.
B.
SARAN
Dari paparan diatas, kami sebagai penulis
memberikan beberapa saran guna peningkatan kualitas Sistem Informasi Manajemen
dalam Asuhan Keperawatan dan rumah sakit.
Dalam
penerapan SIM itu sendiri seharusnya perlu adanya peningkatan dari perawat yang
akan menjadi tokoh utama dalam menerapkan Sitem Informasi Manajemen Asuhan
Keperawatan dan rumah sakit. Dengan integrasi Sistem Informasi Manajemen dan
kurikulum yang diajarkan dalam pendidikan keperawatan. Hal tersebut nantinya
akan membuat para perawat mampu mengahadapi perkembangan tekniologi yang segala
sesuatunya sudah menggunakan sistem yang terkomputerisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Rideout,
elizabeth. 2005. Pendidikan Keperawatan Berdasarkan Problem-Based Learning.
Jakarta : EGC
Kozier, E.
1990. Fundamentals of Nursing. Addison Wesley Co., Redwood City
M.Scott,
George. 2004. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada
Carpenito.
1985. Nursing diagnosis application to clinical practice. J.B.
Lippincott Co.,. Philadephia
Legend Online Benzeri Oyunlar
BalasHapusMafia 2 Benzeri Oyunlar
Simcity Benzeri Oyunlar
Papers Please Benzeri Oyunlar
Phasmophobia Benzeri Oyunlar
CVQ16Q